Sunday 4 December 2016

PEMANCANGAN DAN PILE CAP

      1.      Pekerjaan Pemindahan Pondasi Tiang Pancang Ke Lokasi Pemancangan2.      Pondasi Tiang Pancang Pilar 
      3.      Pekerjaan Pile Cap
      4.      Pekerjaan Galian Abutment 

Pekerjaan Pemindahan Pondasi Tiang Pancang Ke Lokasi Pancang
            Pondasi merupakan bagian struktural yang penting bagi berdirinya suatu bangunan kontruksi. Pondasi dalam kontruksi gedung dengan dengan kontruksi jalan dan jembatan adalah berbeda. Pondasi merupakan bagian struktur yang menampung beban yang dialirkan dari bangunan tersebut. Beban yang dialirkan bukan ke satu titik pondasi melainkan ke semua pondasi sehingga semua pondasi mempunyai pembagian beban yang merata.
pPondasi yang digunakan adalah pondasi tiang (pile foundation). Pemindahan tiang harus hati-hati dan seksama guna menghindari condition error dilapangan. Proses pengangkatan tiang dibagi dalam dua bagian:
  1. Pengangkatan tiang untuk disusun (dengan dua tumpuan)
Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer maupun dari trailer ke penyusunan di lapangan.
Persyaratan umum metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala tiang adalah 1/5 L. Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen maksimum pada bentangan, haruslah sama dengan momen minimum pada titik angkat tiang sehingga dihasilkan momen yang sama.
Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton adalah dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa kawat yang terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan

  1. Pengangkatan dengan satu tumpuan
Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan dipancang oleh mesin pemancang sesuai dengan titik pemancangan yang telah ditentukan dilapangan.
Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk mendapatkan jarak ini, haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum pada tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai momen yang sama.
  
Pelaksanaan Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan ini mencakup dengan proses persiapan alat dan bahan untuk pemindahan dan pemancangan beserta proses pemindahan tiang pancang ke titik pancang.

a.      Pekerjaan Persiapan Alat dan Bahan
Sebelum memulai pekerjaan pemancangan, kita harus mencheck semua yang kita mau gunakan dilapangan. Guna mengecheck ini untuk menjaga kelancaran dan keselamatan kerja. Yang mendasar dilapangan sebelum memulai pekerjaan merupakan pengecheckan alat dan bahan begitu juga untuk pekerjaan memancang ini. Diawali dengan pengecheckan alat crane dimana crane servis yang digunakan untuk pemindahan tiang pancang dari pabrikasi ke dekat titik pancang. Dan crane pancang sebagai alat hammer dan pemegang pancang supaya berdiri.

  
b.      Proses Pemindahan Tiang Pancang Ke Titik Pemancangan
Pekerjaan pemindahan tiang pancang ke titik lokasi pemancangan dilakukan dengan alat berat crane servis dan crane pancang. Proses pekerjaan ini dimana dilakukan oleh mekanik dari crane yang sudah terlebih dahulu mengecheck semua peralatan dan perlatannya.
Setelah itu, para mekanik dan anggotanya dengan diarahkan oleh pelaksana mengaitkan tali baja di kedua sisi tiang pancang. Tali baja ini sudah dikaitkan ke crane servis yang dimana guna mengangkat tiang pancang. Setelah itu, crane pancang mengaitkan pengikatnya dan memposisikan tiang pancang dibawah hammer. Setelah itu para mekanik mngecheck lagi apaksah hammer dan tiang pancang sudah pas dan posisi bantalan dan mencheck pengunci lainnya. Setelah itu mekanik melaporkan kepada pelaksana dan pelaksana mencheck apakah posisi tiang pancang sudah pas pada titik yang ditentukan. Dan setelah itu pelaksana melaporkan kepada para pihak terkait yang berada dilapangan dan jika para pihak itu menyetujuinya karena tidak ada penyimpangan dan kesalahan maka pekerjaan dilanjutkan.

Proses Pekerjaan Pemancangan Pada Pilar
Pemancangan pada pilar mempunyai proses dan tahapan yang harus diketahui. Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek kontruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek kontruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.
Langkah – langkah dari pekerjaan untuk dimensi ukuran tiang pancang:
1.        Menghitung daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah dasar yang diperoleh dari penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian dihitung kemungkinan nilai daya dukung yang diizinkan pada berbagai kedalaman, dengan memperhatikan faktor aman terhadap keruntuhan daya dukung yang sesuai, dan penurunan yang terjadi harus tidak berlebihan.
2.         Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya. Hal ini dilakukan dengan jalan memilih kedalaman minimum yang memenuhi syarat keamanan terhadap daya dukung tanah yang telah dihitung. Kedalaman minimum harus diperhatikan terhadap erosi permukaan tanah, pengaruh perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila tanah yang lebih besar daya dukungnya berada dekat dengan kedalaman minimum yang dibutuhkan tersebut,dipertimbangkan untuk meletakkan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam yang daya dukung tanahnya lebih besar. Karena dengan peletakan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam akan mengurangi dimensi pondasi, dengan demikian dapat menghemat biaya pembuatan pelat betonnya.
3.         Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung diizinkan dipertimbangkan terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata hasil hitungan daya dukung ultimit yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan yang berlebihan, dimensi pondasi diubah sampai besar penurunan memenuhi syarat.
Pemancangan mempunyai beberapa tahapan pekerjaan, yaitu:
a.       Pekerjaan Persiapan
b.      Pekerjaan Pengangkatan
c.       Pekerjaan Pemancangan
Tahapan pekerjaan yang dilakukan merupakan tahapan pekerjaan yang sering dilakukan dilapangan. Perbedaan tahapan mungkin dikarenakan metode lain, tetapi tahapan yang sering digunakan pada pemancangan. Berikut akan dijabarkan proses dari tiap tahap pekerjaan dan tahapan ini juga yang digunakan dari lapangan.

 Pekerjaan Persiapan
1.   Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal saat tiang tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter.
2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat dengan hati-hati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.
3.  Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final set).
4.  Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.
5.  Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
6.  Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.
       Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan pada batang pertama.
b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel menjadi satu.
c.  Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat
d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.
7.    Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.
8.    Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.
9.    Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.

 Pekerjaan Pengangkatan
Pekerjaan pengangkatan dengan metode sudah dijabarkan oleh penulis diatas. Proses dengan metode dua tumpuan. Pekerjaan pengangkatan yang dilakukan di Jembatan Lamnyong agak sedikit mudah, dikarenakan pabrikasi tiang pancang dilapangan tidak begitu jauh dikarenakan saat proses penurunan dari mobil tornado langsung ke dekat lokasi pemancangan. Sehingga lengan dari crane servis dan mencapai ke lokasi pemancangan ke dekat crane pancang. Pekerjaan pengangkatan ini juga harus memiliki tahapan dan diawasi oleh mereka yang sudah sedikit banyaknya mempunyai pengalaman bagian pemancangan, alat berat dan bagian teknis lainnya.

Pekerjaan Pemancangan
Pemancangan mempunyai beberapa tahapan proses pemancangan. Berikut akan dijabarkan beberapa tahapan yang dilakukan :

1.         Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik pancang yang telah ditentukan.
2.         Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.
3.         Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
4.         Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang telah ditentukan.
5.         Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-betul vertikal. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan center gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.
6.         Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontiniu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.
            Sejalan dengan proses pemancangan, para pihak terkait melakukan beberapa quality control untuk memastikan pemancangan berjalan sesuai dengan perencanaan dan standart yang ada. Berikut beberapa bagian quality control yang berjalan dilapangan:
1.         Kondisi fisik tiang
a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
b. Umur beton telah memenuhi syarat
c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan
2.         Toleransi
Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak leboh dari 75 mm.
3.         Penetrasi
            Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter.
4.         Final set
Pemancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai perhitungan.
       

Pekerjaan Pile Cap
Pada kesempatan kali ini akan kami bahas tentang Pengertian Pile Cap. Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan kolom di bagian atasnya. Pile cap tersusun atas tulangan baja berdiameter 16mm, 19mm dan 25mm yang membentuk suatu bidang dengan ketebalan 50 mm dan lebar yang berbeda-beda tergantung dari jumlah tiang yang tertanam.
Fungsi dari pile cap adalah untuk menerima beban dari kolom yang kemudian akan terus disebarkan ke tiang pancang dimana masing-masing pile menerima 1/N dari beban oleh kolom dan harus ≤ daya dukung yang diijinkan (Y ton) (N= jumlah kelompok pile). Jadi beban maksimum yang bisa diterima oleh pile cap dari suatu kolom adalah sebesar N x (Y ton).
Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom, pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan bentuk segitiga dan persegi panjang. Jumlah kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas beban yang akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang mengikat 2 dan 4 buah pondasi yang diikat menjadi satu.

Langkah Kerja Pile Cap
Membangun semua bagian jembatan sesuai dengan dokumen lelang termasuk pile cap. Dalam pelaksanaannya dilapangan dan dibantu oleh pelaksana dilapangan, penulis dapat menjabarkan langkah pelaksanaan pile cap.
Untuk langkah kerja pelaksanaan pile cap adalah sebagai berikut :
1.                  Setelah galian tanah mencapai elevasi yang ditentukan, maka tiang pile atau pancang dipotong dan dan dilebihkan besi stek untuk pengikatan struktural dan disisakan beton setinggi perencanaan untuk selimut beton.
2.                  Pembuatan lantai kerja setebal 5 cm.
3.                  Meletakkan pembesian pile cap yang telah dipabrikasi.
4.                  Memasang bekisting untuk memberi bentuk pile cap dan memisahkan    beton dengan tanah.
5.                  Merangkai dengan pembesian tie biem dan slab agar menjadi satu kesatuan.
6.                  Pengecoran yang dilakukan bersamaan antara tie biem dengan pile cap.

Pembesian Pile Cap
Pile cap yang merupakan pengikat tiang pancang dan sebagai penghubung antara tiang pancang dengan kolom, mempunyai pengerjaan yang hampir sama dengan yang lain. Dalam pelaksanaannya dilapangan, pelaksana dilapangan mengawasi dan memberikan arahan dan gambar ke mandor untuk melakukan arahan kepada tukang-tukang yang mengerjakannya. Pelaksana mengawasi sepenuhnya pekerjaan yang dilapangan jika jasa pekerja yang mereka gunakan tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan perencanaan. Dan pelaksana memberi laporan kepada teknik dan teknik melakukan monitoring dilapangan sesuai dengan rencana atau tidak.
Pengerjaannya pembesian dilapangan mempunyai fungsi dan cara masing masing , baik dalam ukuran, pembengkokan, bentuk pembesiannya, ikatan besi dan perhitungan volume besi. Pekerjaan pile cap pada pilar menggunakan beberapa ukuran besi yaitu D16, 19, dan 32 dengan total berat besi untuk satu pile cap pada pilar 8 adalah 7.667,703 kg.

Keterangan gambar:
  • Angka yang didalam lingkaran merupakan nomor item digambar pembesian pile cap.
  • Angka yang tidak ada lingkaran, merupakan ukuran potongan besi yang digunakan.
  • Garis -  garis merupakan bentuk dari tiap potongan yang dibutuhkan dalam pembesian pile cap.

Galian Abutment
Pekerjaan galian umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air, selokan, untuk pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya, untuk pembuangan bahan yang tidak terpakai atau humus, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan kontruksi dan pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan lama, dan untuk pembetukan profil dan pembentukan penampang badan jalan.
Tinjauan kerja praktek dilapangan penulis salah satunya adalah galian abutment. Dimana galian ini untuk sebagai bagian struktur untuk penahan gaya geser tanah dan penampung badan jalan dari jembatan.  Proyek Pembangunan Jembatan Lamnyong mempunyai dua abutment yang. Kerja praktek yang dilakukan meninjau pada pekerjaan galian abutment 2 pada sisi Darrusalam.
Sebelum melakukan pekerjaan galian, pihak kontraktor sudah melakukan bebarapa langkah untuk pengamanan disekitar galian, yaitu:
a.                  Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan pekerja, yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan bangunan yang ada disekitar lokasi galian atau diatas galian. Oleh karena itu, kontraktor membuat pengamanan dan rambu di sekitar galian dan melakukan sosialisasi jika ada bangunan diatasnya.
b.                 Selama pelaksanaan pekerjaan galian, kontraktor harus menyokong pekerjaan struktur lainnya disekitarnya jika mengganggu dan membuat ketidakstabilan dalam pekerjaan struktur itu.
c.                  Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian, dimana kepala mereka, yang meskipun hanya kadang-kadang saja, berada di bawah permukaan tanah, maka Kontraktor harus menempatkan seorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada lokasi pekerjaan.
d.                 Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu-lintas maupun lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan.
Pengerjaan galian abutment ini, mempunyai beberapa keringanan dikarenakan posisi abutment berada di sisi darat sungai dan bangunan yang diatas tidak ada tetapi galian ini menjaga kestabilan sisi miring karena disisi lain ada stuktur jalan jadi membuat sokong saat galian dan saat melakukan instalisasi pembesian sampai saatnya selesai dari sisi abutment.
Pengerjaan abutment ini dilakukan sesuai dengan gambar rencana. Tahapan melakukan galian abutment di lapangan:
a.                  Melakukan persiapan baik dari peralatan dan pekerja yang terkait.
b.                  Menentukan titik-titik galian dengan theodolit  dan menandai dengan patok
c.                Membuat penyokong tanah sebagai penahan tanah disekitar galian yang memungkinkan terjadi longsoran
d.                 Memulai galian dengan excavator
e.                  Membuat batas galian dan rambu di sekitar galian

Metode Geotextile Lereng

Geotextile Untuk Lereng

Peristiwa tanah longsor (landslides) atau dikenal sebagai gerakan massa tanah (soil mass movement), batuan (rock) atau kombinasinya, biasanya terjadi pada lereng-lereng alam (natural slopes) maupun pada lereng buatan manusia (man made slopes). Fenomena ini merupakan bencana alam yang memiliki frekuensi sangat tinggi pada akhir musim penghujan sehingga peristiwa longsoran sering sekali dikaitkan dengan hujan. Permasalahan longsoran khususnya longsoran yang terjadi pada jalan raya semakin banyak dibicarakan.
Kabupaten Karo mempunyai bentang morfologi berupa pegunungan berlereng terjal dan menggelombang memanjang arah barat-timur merupakan daerah yang terbentuk dari batuan beku (igneous rock), batuan endapan (sedimentary rock) hingga batuan malihan (metamorphic rock) dengan struktur geologi yang berkembang berupa sesar dan lipatan yang sebagian bersifat aktif.
Pada ruas jalan Berastagi – Medan Kec. Berastagi adalah merupakan salah satu daerah yang rawan longsor di Kab. Karo, banyak sekali ditemukan titik-titik longsoran terutama setelah turun hujan. Banyak penanggulangan-penanggulangan yang sudah dilakukan seperti pembuatan dinding penahan tanah, pembuatan bronjong, perkuatan tanah dengan geotekstil tetapi hasilnya kurang efektif dan efisien. Kegagalan-gegagalan tersebut disebabkan oleh adanya penanggulangan yang belum tepat dan belum memadai.
Umumnya pegunungan di kawasan Berastagi secara garis besar terletak di daerah dengan kemiringan lereng > 40º, material atau batuan pembentuk lerengnya terdiri dari tanah-tanah hasil pelapukan (residual soil) batuan granit dan endapan colluvial merupakan massa tanah atau batuan yang rentan terhadap longsoran terutama apabila kemiringan lapisan tanah atau batuan searah dengan kemiringan lerang. Tanah-tanah hasil pelapukan batuan dan endapan colluvial biasanya terdapat di daerah tropis atau daerah yang mengalami tingkat pelapukan yang relatif tinggi dan umumnya bersifat lepas-lepas dan dapat menyimpan air. Akibatnya kekuatan gesernya relatif lemah apalagi bila air yang dikandungnya semakin jenuh. Dengan kondisi alam seperti ini meyebabkan daerah ini rentan terhadap bencana tanah longsor. 
Berdasarkan penyebab-penyebab yang telah diuraikan di atas, maka masalah air menjadi penyebab utama terjadinya longsoran pada perkuatan lereng di kawasan Berastagi. Untuk itu langkah selanjutnya guna mencegah ancaman yang lebih besar lagi adalah dengan metode geotextile. Metode geotextile merupakan perkuatan yang  yang efisien untuk mengedalikan stabilitas lereng yang beberapa penyebabnya disebabkan oleh air, perpindahan mata air, curah hujan tinggi dan kondisi tanah yang kadar air tinggi.


METODE GEOTEXTILE

Geotekstil adalah lembaran sintesis yang tipis, fleksibel, permeable yang digunakan untuk stabilisasi dan perbaikan tanah dikaitkan dengan pekerjaan teknik sipil. Pemanfaatan geotekstil merupakan cara moderen dalam usaha untuk perkuatan tanah lunak.

·         Beberapa fungsi dari metode geotekstil yang secara umum diketahui di dunia kontruksi:
1.  untuk perkuatan tanah lunak dan tanah yang mempunyai kadar air yang tinggi.
2. untuk konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur rencana cukup lama dan mendukung beban yang besar seperti jalan rel dan dinding penahan tanah.
3. sebagai lapangan pemisah, penyaring, drainase dan sebagai lapisan pelindung.
·         Geotextile dapat digunakan sebagai perkuatan timbunan tanah pada kasus:
1. Timbunan tanah diatas tanah lunak
2. Timbunan diatas pondasi tiang
3. Timbunan diatas tanah yang rawan subsidence.

Metode Geotextile Wofen dan Non Wofen
Geotextile meliputi woven (tenun) dan non woven (tanpa tenun). Tenun dihasilkan dari ‘interlaying’ antara benang-benang melalui proses tenun, sedangkan non woven dihasilkan dari beberapa proses seperti : heat bonded (dengan panas), needle punched (dengan jarum), dan chemical bonded (menggunakan bahan kimia). Baik woven maupun non woven dihasilkan dari benang dan serat polimer terutama : polypropelene, poliester, polyethilene dan polyamide. Sebenarnya geotekstil pada awalnya dibuat dari berbagai bahan seperti serat-asli (kertas, filter, papan kayu, bambu) , misalnya penggunaan jute untuk percepatan konsolidasi sebagi pengganti pasir sebagai bahan drainase (vertical drain) yang banyak dilakukan di India atau dilakukan di Belanda dengan menggunakan serat filter. Perkuatan tanah lunak juga menggunakan papan-papan kayu atau anyaman bambu yang ditempatkan di atas di atas tanah lunak (jaman Romawi kuno dan juga di Kalimantan Indonesia). Hanya bahan organik tersebut mudah lapuk sehingga umur konstruksi tidak dapat lama kecuali bahan dari bambu atau kayu yang apabila berada dalam air secara terus menerus akan bersifat permanen.

Metode Geotextile Wofen

Penggunan Woven Geotextile akan memberikan hasil yang lebih baik sebab arah gaya dapat disesuaikan dengan arah serat, sehingga deformasi dapat dikontrol dengan baik.
Dalam penggunaan geotekstil kita harus menetapkan perkuatan sebesar apa yang dibutuhkan, berikut faktor-faktor yang harus diperhatikan;
1. Jenis geotekstil yang akan digunakan
2. Sifat hubungan dan regangan,hal ini diperlukan agar deformasi yang terjadi pada konstruksi perkuatan kecil.
3. Sifat pembebanan, Perkuatan di atas tanah lunak,beban timbunan yang lebih besar akan memerlukan perkuatan dengan tensile strength yang lebih besar pula.
4. Kondisi lingkungan, Perubahan cuaca, air laut, kondisi asam atau basa serta mikroorganisme seperti bakteri akan mengurangi kekuatan geotextile.
5. Bahan timbunan yang akan digunakan
Pemasangan GoetextileGeotekstil pada jalan berfungsi sebagai lapis perkuatan sekaligus sebagai lapis pemisah (separator) antara material timbunan dengan tanah dasar sehingga konstruksi jalan menjadi stabil, tidak bergelombang dan rata pada permukaannya.
Beberapa keuntungan menggunakan geotekstil, diantaranya :    
1. Mencegah kontaminasi agregat subbase dan base oleh tanah dasar lunak dan mendistribusikan beban lalulintas yang efektif melalui lapisan-lapisan timbunan.    
2. Meniadakan kehilangan agregat timbunan ke dalam tanah dasar yang lunak dan memperkecil biaya dan kebutuhan tambahan ‘lapisan agregat terbuang’.    
3. Mengurangi tebal galian stripping dan meminimalkan pekerjaan persiapan.    
4. Meningkatkan ketahanan agregat timbunan terhadap keruntuhan setempat pada lokasi beban dengan memperkuat tanah  timbunan.    
5. Mengurangi penurunan dan deformasi yang tidak merata serta deformasi dari struktur jadi.Selain itu, geotekstil juga mempunyai kelemahan, yaitu SINAR ULTRAVIOLET, karena bahan geosintetik akan mengalami degradasi yang cepat dibawah terik sinar matahari.

Metode/cara Pemasangan Geotekstil;    
1. Geotextile harus digelar di atas tanah dalam keadaan terhampar tanpa gelombang atau kerutan.    
2. Sambungan geotekstil tiap lembarannya dipasang overlapping terhadap lembaran berikutnya.    
3. Pada daerah pemasangan yang berbentuk kurva (misalnya tikungan jalan), geotekstil dipasang mengikuti arah kurva.    
4. Jangan membuat overlapping atau jahitan pada daerah yang searah dengan beban roda (beban lalu-lintas).    
5. Jika Geotextile dipasang untuk terkena langsung sinar matahari maka digunakan geotekstil yang berwarna hitam.

·         Drainase Permukaan Membuat drainase permukaan seperti parit terbuka, dapat mereduksi genangan air dan untuk mengontrol aliran air permukaan dalam zona berpotensi longsor. Selokan terbuka juga digunakan untuk memindahkan aliran air yang akan masuk ke dalam zona tanah tidak stabil. Pembuatan selokan di zona tidak stabil harus hati-hati karena dapat menambah parah zona tersebut.
·         Pengalihan Air Permukaan Aliran air permukaan di zona longsor, dapat dialihkan dengan cara menggali parit di sekitar Bangunan Perkuatan  lereng. Selain itu saluran drainase yang dasarnya dilindungi batu, geotekstil, dan pipa-pipa drainase dapat digunakan untuk memotong aliran air bawah tanah, sehingga tanah tidak mengalir ke zona yang tidak stabil.
·         Shotcrete.
Tujuan pokok dari shotcrete atau penyemenan adalah untuk perlindungan lereng dari infiltrasi air hujan yang masuk ke dalam tanah. Bahan yang digunakan adalah sama dengan campuran beton, namun agregatnya tidak boleh lebih dari 3/8 inci. Hal yang harus diperhatikan adalah memasang lubang-lubang drainase (pipa) di dalam shotcrete.

Penyebab Longsor pada Perkuatan Lereng biasanya disebabkan oleh beberapa faktor yang terjadi secara bersamaan. Adapun faktor-faktor penyebab longsoran yang sering terjadi adalah :
1.      Bertambahnya beban pada lereng seperti bangunan, beban dinamis yang disebabkan tiupan angin pada pohon-pohon dan lain-lain
2.      Penggalian atau pemotongan kaki lereng.
Longsoran akibat penggalian kaki lereng dapat mengurangi tekanan overburden, sehingga tanah atau batuan mengembang dan kuat gesernya turun.
 
3.  Penggalian yang mempertajam kemiringan lereng. Banyak kejadian longsoran dipicu oleh penggalian lerang untuk jalan raya, jalan rel dan pembangunan di atas lereng.
4.      Perubahan posisi muka air secara cepat (rapid drawdown) pada sungai, bendungan, dan lain-lain..
5.      Tekanan lateral yang diakibatkan oleh air terutama air hujan.
Hujan pemicu gerakan tanah adalah hujan yang mempunyai curah tertentu dan berlangsung selama periode waktu tertentu, sehingga air yang jatuh akan berinfiltrasi ke dalam tanah. Tipe hujan deras hanya akan efektif memicu longsoran pada lereng-lereng yang tanahnya mudah menyerap air , seperti misalnya pada tanah lempung pasiran atau tanah pasir yang besifat permeable. 
6.      Penurunan tahanan geser tanah pembentuk lereng akibat kenaikan kadar air, kenaikan tekanan air pori, tekanan rembesan oleh genangan air di dalam tanah, tanah pada lereng mengandung lempung yang mudah mengembang dan lain-lain.
7.      Getaran atau gempa bumi. Getaran atau gempa bumi menyebabkan terjadinya liquefaction pada pasir atau lanau longgar yang jenuh air.

·        Faktor - faktor Penyebab Longsoran pada Lereng Jalan Raya
Lokasi-lokasi yang rawan longsor pada jalan raya umumnya dipengaruhi oleh kondisi geometri lokasi, pola drainase, dan kondisi geologi lokal atau kondisi tanah / batuan. Berikut ini akan diuraikan hal - hal yang berkaitan dengan faktor-faktor tersebut.
Ø  Lereng di sisi jalan.
Lereng bekas galian badan jalan merupakan lokasi yang rawan longsor. Kaki lereng di sepanjang galian sangat mudah tergerus air sehingga menghilangkan dukungan tanah terhadap longsoran.

Ø  Lereng yang terjal.
Lereng dengan kemiringan > 400 sangat rentan terhadap longsor.

Ø  Buruknya sistem drainase.
Tidak berfungsinya drainase dengan baik akan memicu aliran air kemana-mana. Air akan berusaha mencari tempat yang lebih rendah dan sebagian akan berinfiltarsi kedalam tanah.

Ø  Muka air tanah memotong lereng.
Air tanah yang memotong lereng akan menimbulkan munculnya mata air pada daerah ini. Mata air ini diakibatkan oleh terakumulasinya air yang berinfiltrasi ke dalam lereng yang akan melunakkan tanah atau batuan pembentuk lereng.

 Salah satu faktor penyebab pergerakan tanah/longsoran yang sering terjadi di ruas jalan berastagi – medan  tersebut adalah akibat intensitas curah hujan relatif tinggi dengan durasi yang lama yang menyebabkan perubahan atau peningkatan kandungan air dalam tanah. Perubahan kandungan air juga dapat memicu kembang susut tanah yang dapat menyebabkan keruntuhan lereng. Apabila pergerakan tanah akibat perubahan volume ini terjadi pada tanah pembentuk lereng, maka akan terjadi longsoran yang dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup berarti. Air hujan yang berinfiltrasi ke dalam tanah yang lolos air (permeable) akan berakumulasi pada kaki lereng dan menyebabkan muka air tanah naik, sehingga memperbesar tekanan hidrostatis pada lereng tersebut. Infiltrasi air ke dalam tanah, menghilangkan tekanan air pori negatif dan menaikan tekanan air pori positif yang mengurangi kuat geser tanah. Air hujan juga dapat menyebabkan hilangnya ikatan tanah (soil suction).
Soil suction ini sangat tergantung dari kadar air tanah. Adanya hujan akan menambah kandungan air dalam tanah dan akhirnya menurunkan kekuatan tanah. Biasanya fenomena ini terjadi di akhir musim penghujan yang merupakan fase yang paling kritis untuk tanah-tanah dengan permeabilitas tinggi. Kenaikan kadar air ini juga dapat menambah beban tanah yang harus ditahan oleh lereng pada bidang longsornya. Pada lereng-lereng yang menunjukan gejala munculnya mata air rembesan di bagian kaki lereng setelah terjadi hujan, merupakan suatu indikasi bahwa lereng ini tidak stabil dan akan berpotensi longsor. Jenis dan komposisi tanah pembentuk lereng sangat berpengaruh terhadap longsoran sehingga menimbulkan perubahan parameter tanah dan tegangan air pori serta tekanan hidrostatis dalam tanah akan mengakibatkan peningkatan tegangan geser tanah. Pada kasus longsoran di Berastagi, peristiwa kelongsoran pada perkuatan lereng sering terjadi setiap musim hujan. Kontribusi pengurangan kuat geser tanah pada lereng alam yang mengalami longsor disebabkan oleh faktor yang dapat berasal dari alam itu sendiri, erat kaitannya dengan kondisi geologi antara lain jenis tanah, tekstur (komposisi) dari tanah pembentuk lereng sangat berpengaruh terjadinya longsoran, misalnya adanya lapisan tanah serpih (shale), tanah berbutir halus (loess), pasir lepas (loose sand), dan bahan organik. Bentuk butiran tanah (bulat, ataupun tajam) sangat berpengaruh terhadap gesekan (friction) yang terjadi dalam tanah, pelapisan tanah, pengaruh gempa, geomorfologi (kemiringan lereng), iklim, terutama hujan dengan intensitas tinggi atau sedang, dengan durasi yang lama di awal musim hujan, atau menjelang akhir musim hujan, menimbulkan perubahan parameter tanah yang berkaitan dengan pengurangan kuat gesernya. Pada batuan pengurangan kuat geser dapat diakibatkan oleh adanya diskontinuitas, sifat kekakuan, arah bedding, joint, orientasi lereng, derajat sementasi batuan misalnya konglomerat, batuan pasir, breksi, dan lain - lain. Selain tekstur tanah, pengaruh fisik dan kimia dapat mempengaruhi, terhadap pengurangan kuat geser. Pengaruh fisik antara lain lemahnya retakan - retakan yang terjadi pada tanah lempung, hancurnya batuan breksi (disintegrasi) akibat perubahan temperatur, proses hidrasi terutama pada jenis tanah lempung berkaitan dengan meningkatnya tekangan air pori, kondisi jenuh lapisan tanah berbutir halus. Pengaruh kimia dapat diakibatkan oleh larutnya bahan semen dalam batuan pasir dan konglomerat.
Penyebab lain adalah tidak berfungsinya sistem drainase yang berupa parit samping di sepanjang tepi jalan karena tertutup oleh material dari atas lereng yang dibawa oleh air, akibatnya air menggerus kaki lereng dan bangunan-bangunan penahan tanah. Subdrain yang ada juga tidak efektif karena selain letaknya kurang dalam, filternya tersumbat oleh material. Ditambah lagi dengan adanya aktivitas penambangan material di kaki lereng yang memicu terjadinya longsoran. Masyarakat disini memanfaatkan batuan-batuan yang ada di sekitar lereng untuk bahan bangunan dan sebagian lagi dijual. Aktivitas ini jika terus dibiarkan, akan sangat berbahaya terutama bagi keselamatan warga penambang, dan tentunya akan memicu terjadinya longsoran yang lebih besar. Sebagian longsoran sudah menutup badan jalan yang merupakan jalan alternatif ke Kota Medan dan jika terus dibiarkan, akan memutus jalur transportasi yang dapat berdampak pada masalah gangguan sosial dan ekonomi.





·        Penanggulangan Yang  Sudah Dilakukan

Penanggulangan yang sudah dilakukan adalah dengan membangun dinding penahan tanah, pembuatan bronjong, pembuatan sistem drainase, pembuatan kolam olakan, pemasangan geotekstil. Pembuatan bangunan-bangunan perkuatan ini tidak banyak membantu mengatasi masalah longsoran, karena sering digerus oleh air hujan yang mengalir disepanjang bahu jalan dan menggerus kaki lereng. Sistem drainase di sepanjang badan jalan rata-rata tertutup oleh material-material yang berasal dari atas lereng yang terbawa oleh aliran air. Sehingga air hujan dengan cepatnya berinfiltrasi kedalam tanah. Pemasangan geotekstil disepanjang kaki lereng tidak banyak membantu karena menurut pengamatan penulis, hampir semua pemasangan geotekstil berada di atas bidang longsor (tidak menumpu pada tanah keras). Hal ini bisa dilihat dari kondisi bantalan-bantalan yang sudah mengalami pergeseran, penurunan dan tidak lagi beraturan meskipun umur pelaksanaan baru mencapai satu tahun.Efektifitas bangunan dinding penahan   tanah pada daerah galian lebih baik daripada di daerah urugan, akibat gerusan air pada kaki dinding penahan menyebabkan keruntuhan pada dinding. Penanganan lereng dengan kombinasi geotekstil dan dinding penahan tanah untuk mencegah kelongsoran badan jalan.
Secara umum kelongsoran yang terjadi pada ruas jalan Pada ruas jalan Berastagi – Medan Kec. Berastagi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah air hujan yang berinfiltrasi ke dalam pori-pori tanah yang lolos air yang melunakkan tanah sehingga tanah kehilangan kapasitas dukungnya, selain itu buruknya sistem drainase permukaan yang menyebabkan erosi yang  terus menerus menggerus kaki lereng.
Banyak saluran-saluran permukaan yang sudah tidak berfungsi lagi akibat tertutupnya saluran oleh material yang terbawa oleh air hujan. Air hujan berusaha mencari jalannya sendiri sehingga banyak yang terkonsentrasi dan membentuk genangan-genangan di sepanjang permukaan bahu jalan. Sub drain yang ada, tidak efektif karena letaknya kurang dalam dan filternya tersumbat oleh material sehingga air terjebak dan terakumulasi dalam tanah.
Di sekitar kaki lereng banyak dijumpai mata air yang membawa material-material halus. Penyebab lain adalah kondisi dinding penahan tanah, bronjong  yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai pendukung beban lateral dan sebagian besar dasarnya (fondasinya) hanya menumpu di atas bidang longsor.